
Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
(Tugas Mandiri CF-21 PGP Kemdikbud Ristek)
Tulisan ini merupakan tanggapan dan pemikiran refflektif tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD). Setidaknya ada enam poin yang penulis soroti dalam tulisan ini.
Menurut penulis, filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) yang paling relevan dengan konteks pendidikan saat ini adalah Pendidikan Budi Pekerti sebab saat ini pendidikan kita mengalami krisis moral, kita tidak kekurangan orang cerdas dan pintar, akan tetapi kekurangan tokoh penutan. Kasus yang terjadi di sekolah, di mana siswa tidak segan-segan melakukan perlawanan kepada gurunya, demikian sebaliknya, tidak sedikit guru-guru kita yang terlibat dalam kasus kekerasan anak. Di berbagai media kita menyaksikan bagaimana bisa ada “seorang anak yang tegah membunuh orang tua kandungnya, dengan alasan terjerat kasus judi online. Di tengah-tengah masyarakat, kita menyaksikan anak-anak kita (anak sekolah) melakukan tawuran antar kelompok sekolah. Itulah sebabnya KHD mengartikan bahwa, ‘budi pekerti’ atau ‘watak’ adalah bulatnya jiwa manusia atau biasa disebut sebagai ‘karakter’, yaitu jiwa yang berazaz hukum kebatinan. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.
Tantangan terberat yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berpusat pada pengembangan karakter dan potensi kodrati anak adalah: (1) komitmen diri untuk selalu menampilkan sikap dan kepribadian manusia indonesia seutuhnya yakni bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepudulian sosial yang tinggi, sopan, santun, rela berkorban, patriotik, memiliki jiwa kebersamaan/kegotoroyongan yang tinggi, cinta kepada nusa dan bangsa Indonesia, (2) iklim atau kondisi sosial masyarakat yang semakin individualis dan cenderung “hedonis”, (3) pengendalian media sosial yang sehat bagi anak didik di sekolah.
Pendidikan budi pekerti dapat diterapkan melalaui internalisasi nilai-nilai luhur masyarakat/bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari di sekolah melalui tiga jalur: (1) intrakurikuler melalui pembelajaran terstruktur (masuk dalam struktur kurikulum), (2) kokurikuler, yakni melalui pengembangan nilai-nilai dan portofolio siswa, (3) ekstrakurikuler, yakni melalui kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa melalui Ekskul (Pramuka, OSIS,kegiatan keagamaan/kerohanian)
Perubahan yang akan saya lakukan sebagai kepala sekolah untuk lebih mencerminkan nilai-nilai dan prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara di kelas dan di sekolah adalah: (1) melakukan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan budi pekerti/pendidikan karakter dalam mengembangkan kepribadian anak, (2) membuat komitmen bersama tentang perlunya menunjukkan sikap keteladanan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah, (3) memberikan pembinaan karakter dan budi pekerti kepada siswa, (4) memasukkan pembinaan karakter sebagai “core value” pembinaan kegiatan Ekskul di sekolah, (5) secara ekplisit membuat pedoman penilaian prilaku siswa di sekolah dan di luar sekolah.
Peran fasilitator dalam pendidikan guru penggerak adalah memfasilitasi Calon Guru Penggerak (CGP) dalam menggali pengalaman belajar yang diramu dalam siklus MERDEKA, yang diawali dengan Mulai dari Diri, lalu dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep; Ruang Kolaborasi; Demonstrasi Kontekstual; Elaborasi Pemahaman; Koneksi Antar materi; dan ditutup dengan Aksi Nyata dengan menampilkan enam kompetensi dasar yakni partisipasi, interaksi, dinamisasi, konklusi, visualisasi, dan merancang proses.
Bagaimana meningkatkan kemampuan kegiatan fasilitasi CGP? sedikitanya ada lima hal yang dapat kita lakukan(1) secara sungguh-sungguh mengikuti materi pembekalan dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, (2) membaca secara cermat buku pegangan fasilitator, (3) meningkatkan keterampilan teknik fasilitasi dengan banyak berlatih, (4) aktif melakukan diskusi dan berbagi praktik baik dengan fasilitator dan instruktur dalam melakukan fasilitasi, (5) belajar dan berlatih melakukan refleksi dan umpan balik yang memberdayakan.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Umumnya Orang Tua Siswa Tidak Setuju Anaknya Bawa HP ke Sekolah
Berdasarkan hasil analisis data wawancara dengan orang tua calon siswa baru UPTD SMP Negeri 28 satap Salenrang menunjukkan bahwa, umumnya mereka tidak setuju kalau anaknya membawa han
"Resopa Natinulu, Malomo Naletei Pamase Dewata"
Resopa natinulu, malomo naletei pamase Dewata yang artinya "hanya kerja yang tekun sering menjadi titian Ilahi" (Hakim dalam Abdul Majid: 2005). Kalimat tersebut mengandung pesan atau m
AAJS Tingkat SMP Resmi Dimulai di SMPN 28 Satap Salenrang, Siswa Siap Hadapi Tantangan Terakhir
Maros, 5 Mei 2025.Pelaksanaan Asesmen Akhir Jenjang Sekolah (AAJS) tingkat SMP Tahun ajaran 2024/2025 secara resmi dimulai serentak di seluruh Kabupaten Maros pada hari Senin, 5 M
REFLEKSI PERINGATAN HARDINAS 2025
(Sambutan Kepala UPTD SMPN 28 Satap Salenrang sebagai Pembina Upacara Peringatan HARDIKNAS UPTD SDN dan SMPN 28 Satap Salenrang tahun 2025) Oleh: Abdul Majid Sebagai refleksi a
"Jejak KKN UINAM Angkatan 76: Langkah Kecil, Kolaborasi, Bersama Mencerdaskan Anak Bangsa!
Salenrang 9 Januari 2025, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) yang sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan 76 Posko 8 De
BK: Profesi, bukan?
oleh: ABDUL MAJID Tulisan ini seakan “menggugat” kembali profesi konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai wujud kecintaan saya sebagai guru BK selama 3
Tika: Profil Tokoh Minggu Ini
Firtriani Saltika, lahir di Maros, pada tanggal 01 Juli 2012. Tika panggilan akrabnya adalah anak ke-3 dari empat bersaudara dari pasangan ibunda Salmah dan ayahanda Muh. Rasyid.
PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH: REFLEKSI MODUL 3
Pada hari ke-11 Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Kemdik Dasmen RI, Peserta diminta menyampaikan refleksi terhadap konsep pemimpin pembelajaran dalam pengemba
Kegiatan AAJS di SMPN 28 Satap Salenrang Resmi Dimulai
Salenrang, 9 Desember 2024 – SMPN 28 Satap Salenrang memulai pelaksanaan kegiatan Assesment Akhir Jenjang Sekolah (AAJS) pada tanggal 9 hingga 16 Desember 2024. Kegiatan ini diiku
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan: Refleksi Kritis Nilai Guru Penggerak
Artikel ini ditulis sebagai tugas mandiri Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 21 Kemristek Dikti. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai